Selasa, 18 Maret 2014



“Damai dan bahagianya aku bisa bersamamu. Tidak pernah terlintas bahwa aku akan bersamamu, sayang...” kata Fendy.
Aku tertegun mendengar ucapannya yang seolah begitu bahagia semenjak tanggal 26 Februari lalu. Aku merasakan sayangnya yang begitu tulus untukku. Mukaku memerah karena baru ini ada seorang cowok yang bisa selucu Fendy. Dia dewasa, tapi tingkahnya seperti anak kecil yang baru pacaran. Ups.
Semoga aku tak salah jalan dengan memilihnya sebagai kekasihku.
“Mukamu memerah, Kenapa?”, tanyanya.
“Aku malu, apa sih kamu kak? Liatin aku terus- terusan. Kalau nggak gitu pasti ngegombal...aahh”, jawabku.
“Kita kan pacaran, kog panggil kakak terus? Memangnya aku kakakmu?”, guraunya sambil tertawa.
“Aku benar- benar menyayangimu, aku tiada pernah berdusta sedikit pun atas ucapanku padamu. Mungkin kamu bukan yang pertama, tapi kamu cewek yang bisa membuatku bahagia dan nyaman bersamamu setelah sekian lama kerapuhan hatiku dan ketakutanku akan cinta.” Kata Fendy dengan serius yang makin membuatku melambung tinggi keatas awan.
“Memangnya apa masalalu cintamu dulu?”, tanyaku coba mengenali ia lebih dalam.
Jadi, begini ceritanya...
            Fendy pernah punya cinta pertama pada saat ia masih di Kalimantan Timur. Iya... kedua orangtuanya bekerja disana. Dia pindah ketika ia tamat SMP, dan selanjutkan SMA di Blitar dengan ikut bibinya, yeaahh.. Bibi Hari tetanggaku. Hingga kini ia kuliah di salah satu Universitas negeri di Malang. Awalnya ia tak mengerti apa itu cinta. Namun rasa bahagia dan nyaman berada di dekat gadis teman SMPnya itu membuatnya mengenal arti cinta. Yeaah.. gadis itu cinta pertamanya. Dia telah mengungkapkan apa yang ia rasa pada gadis itu. Dan gadis itu pun memiliki rasa yang sama pula pada Fendy. Cinta anak SMP bersemi di hari- hari mereka. Tak tau bagaimana jelasnya kisah mereka, yang jelas ketika orangtua Fendy memutuskan agar ia melanjutkan study di Jawa, mereka harus LDR (Long Distance Relasionship). Semuda itu mereka harus melalui LDR, yang ku rasa tak mudah seperti bayangan orang- orang yang belum mengalami.
            Fendy dengan ikhlas menuruti permintaan orangtuanya. Sebelum berangkat, ia berpamitan dengan pujaan hatinya dan teman baiknya.
“Jaga dirimu baik- baik ya? Kita bisa smsan tiap hari, dan aku selalu menyayangimu meski jauh. Aku akan kembali untukmu”, kata Fendy.
Gadis itu hanya menangis karena takut harus berpisah dengan Fendy.
Dalam isak tangisnya ia berkata. “ Aku juga menyayangimu, aku menunggumu. Dan kau juga harus jaga diri di sana”, Katanya.
“iya,, pasti. Sudah, aku tak ingin melihatmu menangis lagi. Tersenyumlah...”, hibur Fendy yang sebenarnya dalam hatinya juga menangis tapi berusaha tegar di hadapan pujaannya.
Perlahan sang gadis tersenyum dan mengusap air matanya.
“Tolong jaaga dia untukku, Sob. Aku begitu menyayanginya. Beritahu aku apapun yang terjadi padanya. Kau sahabat baikku”, kata Fendy pada teman karibnya.
“Iya.. pasti akan ku jaga ia untukmu kawanku, jangan kau lupakan aku”, jawab temannya.
Hari itu mereka dirundung kegalauan gara- gara kepindahan Fendy.
            Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti ini...
Sepanjang tahun ajaran baru, Fendy memulai kehidupan baru pula di Blitar, Pulau Jawa. Ia telah diterima di SMK negeri di Kota. Hari- hari barunya berjalan layaknya kehidupan remaja putih abu- abu. Ia selalu ditemani pujaan hatinya dari kejauhan sana. Ribuan kilometer siap menghiasi hari- hari dua insan ini. Tak mengapa terpisah, namun hati mereka akan selalu dekat. Berbentang lautan, pulau yang berbeda, tak menyurutkan kisah asmara mereka.
Bersambung...... :) :)

Rabu, 05 Maret 2014

Kisah Bahagia Kita

CINTA...

Entah apa arti dari kata indah itu. Seolah keindahan ada di dalamnya. Namun, aku tak pernah menemui keindahan dalam cintaku. Untuk awal yang tak indah, ku buka lembar baru lagi namun tetap berakhir dengan kepedihan. Rasanya lelah aku mencoba bila hanya berujung ketidakpastian. Yeah... aku tak akan menaruh sepenuhnya hatiku pada kisahku selanjutnya.
Semenjak aku mengenal cinta, aku mengerti arti dusta.

Setelah aku mengenal cinta, aku tahu rasanya luka.

Karena cinta, aku mengerti apa itu sakit.

Kisah ini sengaja aku tulis untuk mengenang masalaluku yang indah. Ku anggap ini sebagai pembelajaran untukku. Proses yang harus aku lalui sebelum ku dapatkan yang terbaik. Proses pendewasaan yang melmukulku namun menetapkanku harus kuat bangkit lagi, lagi, dan lagi. Yang ku yakini, Tuhan tahu yang terbaik, dan pasti telah memperhitungkan kebaikan di setiap cerita Semoga bermanfaat, selamat membaca...

            Siang itu, aku bertemu dengan tetangga baru di samping rumahku. Keluarga bapak Hari. Mereka baru saja menempati rumah baru yang dibangun di depan rumahku. Keluarga itu memiliki satu putra yang masih kelas tiga sekolah dasar. Namanya Aji. Anaknya gemuk, seperti ayah dan ibunya. Mereka keluarga yang ramah, baik, dan tergolong keluarga yang mampu dibidang ekonomi karena bapak Hari bekerja di pelayaran. Ibu Hari pasti akan sering ditinggal oleh bapak Hari ketika dinas bekerja. Keluarga kami bertanya- tanya dan mengobrol banyak hal sebagai penghangat antar tetangga.

            Keesokan harinya, aku melihat ada seorang cowok di rumah bapak Hari. Tapi itu bukan Aji. Dia seumuran dengan kakakku. Dia melihatku terus- terusan. Aku pun hanya diam karena aku nggak kenal sama dia. Aku pun masuk rumah karena takut kalau jangan- jangan dia orang jahat. Hehehe...

            Saat itu, aku nonton tv karena tak ada pekerjaan yang bisa ku lakukan. Hpku bergetar karena ada satu sms masuk. Terlihat ada nomor baru. Siapa ya??

“Hay?”. Isi pesan singkatnya.
“Siapa ya?”. Balasku.
“Aku kakaknya Aji.” Katanya.
“Aji kan anak tunggal, mana ada kakaknya?”, jawabku.
“Iya, aku kakak ponakannya dik.”
“oo... ada perlu apa ya?”, jawabku padanya.
“ Aku mau kenal kamu dik, bolehkan?”, katanya kakak itu.
“Iya..”. jawabku singkat.

Berikut isi percakapanku dengannya :

Fendy  : “Namamu siapa dik?”
Aku     : “Husna”
Fendy  : “Sekolah kelas berapa?”
Aku     : “ Dua SMA”
Fendy  : “ Dimana dik?”
Aku     : “SMAN 1 Srengat”
Fendy  : “ temannya Yulia dunk?”
Aku     : “iya,,”
Fendy  : “kamu nggak mau tau namaku ta?”
Aku     : “kamu siapa?”
Fendy  : “ Aku Fendy dik. Salam kenal ya?”
Aku     : “iya.. dapat nomer Hpku dari siapa?”
Fendy  : “ dari Yulia dik”
Aku     : “oo..”
Fendy  : “ kok cuwek ya kamu dik?”
Aku     : “biasa aja”
Fendy  : “Aku ganggu kamu ya?”
Aku     : “enggak kog.. kamu sekolah dimana?”
Fendy  : “ aku kuliah di Universitas Negeri Malang dik”.
Aku     : “waw.. jurusan apa?”
Fendy  : “ Teknik sipil dik. Nanti kuliah di UM juga ya?”
Aku     : “ iya, doakan saja...sudah dulu ya aku mau istirahat”

            Aku mengakhiri percakapanku dengannya. Fendy itu hitam, kurus, aku takutnya dia suka sama aku. Bukannya kepedean, tapi cara melihatnya padaku tadi membuatku merasa ada udang di balik batu.

            Setiap hari Fendy selalu mengirim pesan singkat padaku. Entah itu hanya basa- basi, ataupun cara dia menarik perhatianku. Lucu sih anaknya, tapi menurutku dia terlalu dewasa untuk ku pacari. Apalagi dia berada di bawah Wael, cowok yang aku taksir saat ini. Aku menunggu Wael yang masih kuliah di Medan saja, meskipun aku masih digantung dengan hubungan yang tak jelas ini.

            Suatu hari, Wael menghapus hubungan kami di fb. Ada apa ya? Ko tiba- tiba dia menghapus HTSnya denganku di fb. Aku menanyakan padanya tentang hal itu. Dengan mudahnya dia bilang bahwa hubungan itu tak perlu dipamerkan kan, hanya cukup aku dan dia saja yang tau dan tak perlu orang lain tau. Aku pun diam dengan jawabannya. Ku kira memang benar apa yang ia katakan.
            Fendy mulai jarang sms aku sekarang. Mungkin karena aku terlalu cuwek padanya, jadi ia mungkin saja kecewa. Hari itu, ibuku mengajakku kerumah bapak Hari. Aku kaget sekali.
“Mau ngapain kesana bu?”, tanyaku heran.
“katanya kamu minta laptop, ayo kerumah pak Hari dan tanya laptop ke Fendy”, jawab ibuku.
“Malu aku bu...”, kataku pada ibu.
“Malu kenapa sih? Wong ya biar kenal dan tahu milih laptop”, bujuk ibuku dengan sedikit memaksa.
“Tapi kak Fendy kaaaan.....”, jawabku terhenti karena aku benar- benar malu.
“Tapi apa?? Atau nggak usah beli laptop?”, tanya ibuku.
“Kemarin kak Fendy sms aku bu, aku cuwekin dia, masak sekarang diajak nyamperin kerumahnya. Aku yang malu bu..”, rengekanku seperti anak kecil.
“sudah nggak papa nanti biar kenalan langsung saja disana. Ayoo jadi beli laptop nggak?”, paksa ibuku.
“Ya sudah, ayoo...”, jawabku pasrah dan menyerah tanpa syarat untuk ikut ibuku.
            Di jalan tak mampu aku bayangkan apa yang akan aku ucapkan ketika bertemu Fendy. Haduh... betapa aku malu karenanya. Coba kemarin aku baik- baikin ketika smsan, mungkin nggak kayak gini. Waktuku pun habis untuk berfikir. Nggak ada lima menit aku sudah berada di depan rumahnya, karena memang rumahnya dekat dengan rumahku. Terlihat halaman yang bersih nan luas,tidak ada rumput sama sekali. Aku dan ibu berdiri di depan pintu yang mewah dan masih tercium bau cat pintu itu, maklumlah pintu baru. Ibuku mengetuk pintu itu. “Tok, tok, took...”
Ada langkah kaki terdengar dari dalam menuju pintu depan. “kreeeeeeeekk...” terbukalah pintu itu. Dan tak ku bayangkan bahwa yang membuka pintu itu adalah sosok yang membuatku seperti puteri malu yang mengetupkan daunnya karena benar- benar malu. Yeaah... Fendy sendiri yang membukanya.
“Silahkan masuk bu”, katanya dengan halus dan sopan menyusuh kami masuk.
“Silahkan duduk, sebentar biar saya panggilkan bibi.” Katanya kembali membuatku malu dan sedikit menyesal mengabaikan dia.
“Nggak usah nak Fen, ibu ingin berbicara denganmu.” Sahut ibuku.
“Ada apa ya bu?” tanya Fendy.
Tiba- tiba ada ibu Hari yang keluar dari dalam kamar.
“Lhooo.... ada bu Umi dan Husna rupanya”, kata ibu Hari.
“Iya bu, maaf malam- malam mengganggu ya??” kata ibuku.
“Nggak kog bu, belum malam juga. Nggak ganggu kog, malah senang saya kalau ibu sama Husna mau kesini.” Jawabnya ramah sekali.
Aku dan Fendy hanya terdiam karena malu. Entahlah Fendy juga diam saja tak seagresif di smsnya.
“begini bu,  saya kesini sama Husna ingin bertanya tentang laptop pada Fendy. Si Husna ini minta laptop, capek katanya mau ke warnet. Memang anak cewek manja ya bu..?” kata ibuku menjelaskan.
“ooohh begitu... iya bu, tanya- tanya ke Fendy saja, sebentar saya ambilkan minum”, kata ibu Hari.
“Loh nggak usah repot- repot bu...”kata ibuku.
Tapi ibu Hari sudah berjalan ke dapur. Fendy pun memberi tahu tentang laptop kepada kami. Ku akui dia cukup tahu. Dia menerangkan, dan Ibu Hari menyuguhkan minuman untuk kami. Selesai itu, kami ngobrol disana sampai pukul sembilan malam. Aku hanya diam seperti kambing congek mendengarkan mereka. Ibuku yang bawel,bertemu ibu Hari yang juga sama- sama bawel jadi panas dengan kebawelan mereka. Aku cukup ngantuk saat itu, tak terhitung berapa kali aku menguap. Haaaahhh.....
Akhirnya, obrolan kami dihentikan karena malam semakin larut. Aku pun pulang dengan ibuku.
            Sampai di rumah, aku langsung menebahkan badanku di kasurku. Rasa lelah dan capek mendengarkan kebawelan bu Hari dan ibuku membuatku mengantuk. Akhirnya selang lima menit pun aku sudah berada dalam alam bawah sadarku.
            Telah lama aku bertahan
            Demi cinta wujudkan sebuah harapan
            Namun ku rasa cukup ku menunggu...
            Semua rasa telah hilang..... (Raisa, Apalah Arti Menunggu)
Terdengar nada dering panggilan di hpku. Satu panggilan tak terjawab dan tertulis nama Fendy di sana. Pagi- pagi dia udah cumi aja. Ooooh... ternyata tadi malam dia sms aku. Hehehe... aku udah tidur pulas setelah dari rumahnya. Langsung saja aku membalas smsnya.
“ Maaf kak, tadi malam aku langsung tidur setelah dari rumahmu.  Ada apa ya?”, tanyaku sedikit berbaik hati dan nggak akan cuwekin dia lagi.
“Ooh.... maaf dik, tadi malam ganggu tidurmu berarti aku?”, jawabnya merasa bersalah.
“ Nggak papa kak, aku nggak keganggu kog, aku juga udah tidur, dan aku nggak denger ada smsmu”, jawabku menegaskan.
“ Heeemm... Iya dik. Aku boleh bilang sesuatu?”, tanya Fendy.
“ Apa kak?”, jawabku penasaran.
“ Heeemmm... aku tadi malem nggak sadar kalo itu kamu dik yang dateng kerumahku. Pas Bibiku sebut bu Umi sama Husna aku kaget. Beneran dik, kamu beda dari yang aku liat dari jauh kemarin.” Kata Fendy menjawab tanyaku.
“ Masak kak? Beda gimana emang kak?”, tanyaku penasaran.
“ Kamu cantik dik”, jawab Fendy.
Aku tertawa membaca pesannya.
“ Cantik darimana kak? kemarin sama tadi malam aku sama aja kak”, jawabku.
“ Cantik dik, pangkling aku”, rayu si Fendy.
“ Ada- ada saja kamu kak, bikin Geer aja.” Jawabku.
“ Nggak papa dik, cantik beneran kog”, katanya seolah memperjelas.
“ Ada- ada saja kamu kak, makasih kak... J”, jawabku malu.

            Kami pun lama berbincang- bincang disms. Entah itu bercanda, serius, atau membahas masalah laptop. Sebenarnya aku malu saat kami bercanda mengenai kedatanganku kerumahnya dengan ibuku.
“Aku nggak nyangka bisa didatengin cewek cantik kerumah dik”, katanya menggombal.
“Apa sih kak? Kamu nih bercanda terus”, jawabku.
“Aku serius dik”, katanya.
“Ahhh.. kamu kak. Aku malu banget tadi malam kak. Udah kemarin pas sms aku cuwekin, eeehh.... malah aku samperin kerumahmu. Aku bener- bener malu sama kamu. Maaf ya kak udah cuwekin kamu pas kemarin- kemarin”, jawabku menjelaskan.
“Iya dik, nggak papa kog. Biasa aja. Aku malah suka cewek kayak kamu. Nggak mudah percaya sama orang yang baru dikenal”, katanya menyetujui kataku.
“iya kak, makasih udah ngerti”, jawabku.
“Iya dik...”, kata Fendy.
            Lama kami berbincang disms. Kami semakin akrab. Aku pun tak berani cuwek- cuwek lagi dengannya.
            Satu hari itu, tepat hari Minggu. Aku Libur sekolah. Tiba- tiba Fendy mengajakku keluar tanpa rencana sebelumnya. Ingin menolak rasanya nggak enak hati, dia kan baik, nemenin aku smsan tiap malam, selalu perhatiin aku, membantuku ketika aku butuh laptop, dan sudah akrab saling mengenal. Ya sudah, ku setujui ajakannya siang itu.
            Pukul 08.30 kami berangkat. Aku menunggunya di depan rumah setelah dia sms berangkat. Aku yang izin sendiri pada ibuku. Karena kami tetangga, dan ibuku tahu bahwa Fendy baik, aku diizinkannya keluar dengan Fendy.
            Fendy sudah ada di depan rumah.  Canggung banget aku dibonceng cowok yang baru aku kenal. Kami berdua hanya diam saja disepanjang jalan. Aku memang nggak bisa langsung akrab ketika bertemu, dan aku juga nggak mungkin terlebih dahulu memecah keheningan.
“Mau kemana dik?”, akhirnya dia berbicara.
“Looohh kak...? Kamu yang ngajak kog malah tanya aku?”, kataku balik bertanya padanya.
“Kamu pengennya kemana dik?”, jawabnya.
“Terserah kak, pokoknya jangan ke pantai”, kataku memberi syarat.
“Memangnya kenapa dik?”, tanyanya heran padaku.
“Panas kak.. Aku nggak suka panas- panasan. Hehehe”, jawabku dengan manja.
“Waaahh... emang cewek dik. Kamu ini. Iya deh, nggak ke pantai kog. Kita ke candi Penataran saja ya?”, tawarannya padaku.
“Iya dah kak, bolehlah....”, jawabku dengan senang hati.
            Sampai di candi Penataran, kami berbincang- bincang. Memfoto bagian- bagian dari candi dan melihat kolam yang konon apabila melempar koin dan meminta permohonan, maka permintaan itu akan terwujud. Aku pun baru tahu tentang mitos tersebut. Fendy benar- benar melempar koin ke kolam itu. Entahlah, apa yang ia pinta saat itu. Aku tak berani menanyakan, aku pun masih malu padanya.
            Tanpa aku sadari, dia berjalan perlahan di belakangku. Diam- diam dia memfoto aku dari belakang.
“Apa kak? Kamu kog foto aku nggak bilang- bilang sih?’, kataku.
“hehehee... yadah, ayo dik aku foto kamu”, katanya.
“Malu aku kak”, jawabku jual mahal sedikit jaim.
“Udahlah dik, ayo nggak usah malu- malu”, katanya memaksa.
Ya sudah, aku berfoto banyak sekali saat itu. Keluarlah sifat asliku yang narsis sekali ketika dihadapan kamera. Fendy tiada lelah memfotoku, dia malah terlihat semangat sekali. Dasar orang aneh dia.
Tak lupa saat itu kami berpose berdua. Menggunakan timer otomatis di hpnya, jadi kami berfoto bersama. Hasilnya lumayan bagus, tapi tetap foto terbanyak adalah fotoku.
            Tiba- tiba ada tiga cewek seumuranku yang datang menghampiri. Ia memanggil Fendy.
“Kak Fen”, kata salah satu cewek itu.
“Hai dik,” jawab Fendy membalas sapaannya.
Mereka bersalaman dan Fendy memperkenalkan ketiga temannya itu. Namaya Irnada, Ila, dan Lisa. Irnada adalah tetangga Fendy di tempat neneknya. Sedang Lisa dan Ila adalah teman sekolah Irnada. Rumah Irnada bersebelahan dengan rumah nenek Fendy di desa Purwokerto. Fendy bilang kalau Irnada sudah seperti adiknya sendiri. Tapi menurutku tidak, menurutku ada rasa yang terpendam diantara Fendy dan Irnada. Dari tatapan mata mereka saat berbicara, terlihat bawasanya ada rasa diantara mereka. Mereka tak seperti adik kakak, tak seperti teman kalau menurut penilaian kacamata sok tauku. Kami jadi berlima berjalan bersama dan ngobrol banyak hal. Aku hanya melihat Fendy dan Irnada yang seolah mereka menyembunyikan sesuatu. Aku sok tau sekali,padahal baru ketemu. Itulah aku dengan kebiasaan buruk yang senang menduga- duga.
            Tak lama kemudia Irnada dan temannya berpamitan untuk pulang terlebih dahulu.Katanya mereka ada tugas sekolah yang harus diselesaikan. Yaah... akhirnya aku kembali berdua dengan Fendy. Aku Pancing- pancing dia dan aku introgasi dia tentang Irnada.
“Hayooo... tadi pacarnyaya?”, ejekanku pada si Fendy.
“uuuhhh.... senengnya yang baru ketemu si pacar.. hehehe,” sahutku dengan usil.
“Apa dik? Pacar darimana? Dia itu sudah seperti adikku sendiri dik,” kata Fendy mengelak.
“Masak sih kak?  Dari tatapan matanya, Irnada menyembunyikan rasa yang dalam untukmu lo kak. Aku sebagai seorang cewek bisa merasakan, masak kamu nggak bisa? Kamu nggak peka kak”,kataku menjelaskan hasil tafsiranku tadi.
“Sok tau kamu dik, dia itu adikku, lagian dia sudah punya pacar dik- dik”, jawabnya padaku.
“Alaaah kak, kamu itu yang sok tau kak. Nggak mungkin punya cowok kog tadi ngajak temennya, bukannya ngajak pacarnya? Hayoo....”, jawabku memojokkan Fendy.
“Tau deh dik, kamu ini ada- ada saja”, jawabnya singkat.
“Coba bilang aja kak, dari pada kamu keduluan orang lain.” Kataku membujuk Fendy.
“Nggaklah dik, sudah- sudah kamu ini ada- ada saja.” Katanya menghentikan pembicaraan.
            Saat itu tepat pukul setengah satu siang. Tak terasa cukup lama kami di candi itu. Terlihat ada gumpalan awan hitam yang berselimut di atas langit tanda hujan akan segera turun. Kami pun bergegas untuk pulang sebelum sang langit benar- benar menangis. Kami juga telah keluar sejak pagi, rasanya sudah lelah badan ini ingin istirahat. Akhirnya pun kami pulang.
            Sampai di tengah perjalanan, hujan lebat mengguyur kami. Terpaksa kami berhenti untuk berteduh meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 14.00. Untungnya aku memakai jaket saat itu, jadi air hujan tak begitu dingin menusuk kulitku. Sembari menunggu redanya hujan, ada saja bahan bicaraan Fendy. Mungkin itu bedanya seorang mahasiswa dan anak SMA. Dia pandai mengatur pembicaraan dan menghidupkan suasana.
“Dik, ngomong- ngomong pacarmu siapa?”, tanya Fendy.
“Nggak ada kak, kalau teman dekat ada satu”, jawabku jujur padanya.
“Temenmu sekolah dik?”, sambung Fendy.
“Emmmm,,,,,, bukan kak, dia teman kakakku dan sekarang kuliah di Medan”, terangku.
“Loooh... kenapa nggak pacaran?”, tanya Fendy semakin kepo.
“Nggak papa kak, dia belum nembak sih”, jawabku.
“kasian kamu dik, di php sama dia”, ejek si Fendy.
“Nggak papa kak, aku percaya kalau rasa ini bener kog,” jawabku.
            Kami berbincang tentang orang yang sedang dekat dengan kami. Fendy pun sempat menunjukkan foto perempuan yang dekat dengannya. Cantik sekali fotonya, tapi Fendy tak mau berpacaran dengannya. Entahlah ia tak mau memberi alasan tentang hal itu.
            Hujan pun reda, dan kami siap menyusuri jalan untuk kembali pulang ke rumah. Takut kalau orang rumah khawatir dan cemas mencari kami. Fendy berhenti di warung makan dan mengajakku makan terlebih dahulu. Karena aku kelaparan, aku buang saja gengsi dan jaimku saat itu. Cepat- cepat kami selesaikan makan dan kami segera pulang.
            Selang lima belas menit, kami telah sampai di rumah. Fendy berhenti di depan gerbang rumahku. Ia tak mau mampir karena takut bibinya mencari, akhirnya dia langsung pulang ke rumahnya.
Ibu dan ayahku diam saja melihat aku pulang dengan Fendy, karena aku sudah izin dan Fendy juga tetangga dekatku. Biasanya aku tak pernah diizinkan pergi dengan cowok, tapi kali ini aku pulang sore pun tak dimarahi. Ini pertama kalinya kedua orang tuaku memberi izin dan agaknya perlu masuk catatan MURI my diary. Hehehe...
            Hari demi hari aku lalui bersama Fendy. Wael kini mulai berubah sikap denganku. Entahlah... padahal aku merindukannya. Dia bilang dia akan kembali untukku, dia janji akan setia padaku meski aku bukan kekasihnya, tapi mengapa hari demi hari justru ia mulai menghilang? Apakah omongannya itu hanyalah suntikan penenang buatku? Entahlah... ternyata memang aku butuh kepastian untuk sebuah hubungan, dan LDR yang kulalui tanpa status ini tak semudah yang aku bayangkan. Hanya aku yang berupaya maksimal bertahan, tapi ia nan jauh disana tiada ku ketahui apa saja yang ia lakukan.
            Sujudku tiap malam, tangis rinduku padanya, ku curahkan pada Ilahi Rabbi. Aku selalu memohon kebaikan dalam hidupku, baik untuk keluargaku, sekolahku, hubungan sosial, dan untuk asmaraku. Malam itu, aku peluk erat Al- qur’anku karena aku begitu merindukannya. Hingga aku terlelap di atas sajadahku dengan memeluk Al-Qur’an. Enam bulan hubungan tanpa status ini aku pertahankan. Ku rasakan nyaman berada di dekatnya, ku rasakan damai bersamanya, tapi entahlah apa rasa ini sama dengannya. Aku pun berharap rasa ini tiada hilang tertelan waktu dan jurang pemisah. Dalam benakku penuh tanya, tapi aku selalu berfikir positif tentangnya. Ketika terlelap, aku melihat sosok Fendy dalam mimpiku. Iya tersenyum padaku saat itu, aku pun terbangun dengan halus seketika. Sejenak aku berfikir, apa makna mimpi singkatku itu. Wallahu a’lam aku serahkan semua padaMu Robb. Aku ikuti alur dan jalan yang telah terangkai. Meski kadang aku lelah untuk menanti, tapi aku percaya Tuhan juga pasti memperhitungkan lelahku.
            Sore itu, Fendy izin untuk main kerumahku. Tentu saja aku terima dengan tangan terbuka ia datang ke rumah. Tepat pukul 14.00 ia mengetuk pintu rumahku. Aku sendiri yang membukanya karena kebetulan ibuku sedang mengajar les anak- anak di ruang samping. Ayahku pun pergi ke sawah untuk mencari rumput. Suasana di rumahku selalu ramai dengan hiruk pikuk anak- anak yang belajar les pada ibuku. Yeeaahh... itulah pekerjaan ibuku dari pukul 13.00 sampai pukul 17.00. dilanjut lagi pukul 18.00 sampai pukul 20.30. Beliau tiada lelah mencoba mengamalkan ilmunya pada anak- anak. Beliau tiada lelah mencurahkan tenaga dan fikirannya untuk beramal. Beliaulah sosok guru terbaik dalam hidupku. Aku begitu mengaguminya, begitu mencintainya. Beliau adalah orang yang selalu menuntunku untuk kesabaran, keistiqomahan, keikhlasan, dan banyak lagi pelajaran yang beliau ajarkan.
            Dari dalam rumah, aku bermain laptop dengan Fendy. Sembari aku mengerjakan tugas di laptop bermerk Toshiba itu. Fendy membantuku mengetik, mengedit, dan mencarikan pemilihan kata yang tepat untuk tugasku. Hingga pukul setengah empat, tugasku baru saja selesai. Fendy pun langsung pulang. Saat itu, aku ingin melihat film di laptopnya, dan dia pun meninggalkan laptopnya agar aku bisa menonton film itu. Film horor adalah film favoritku. Apalagi ia punya film Lawang Sewu yang belum pernah aku tonton. Jadi untuk hari itu, laptop Fendy aku bawa. Malam harinya, aku menonton film dengan Toshiba milik Fendy. Tak ditemani Fendy, namun ditemani laptop dan sms dari dia.
            01-01-2012
Yeaaah... Selamat tahun baru 2012. Aku mendapat kado spesial tahun itu. Tanpa aku ketahui ibuku memberikanku laptop Toshiba hitam untukku. Senangnya aku dengan hadiah ini. Langsung saja aku kabari Fendy dan Wael. Wael mengajakku bermain chat karena ia ingin melihatku malam itu. Aku tak punya modem untuk akses internet. Aku pun coba menanyakan pada si Fendy barang kali dia punya. Alhamdulillah Fendy punya modem prolink dengan kartu M2 yang bisa aku pinjam. Karena hari itu sudah sore, dan Fendysibuk, ia tak mungkin mensetting modemnya di laptopku. Ia menyuruhku untuk langsung saja membawa laptopnya untuk ku pakai. Sebenarnya sedikit nggak enak, karena aku selalu merepotkan dia.
Mungkin ini arti mimpiku saat ia tersenyum dengan baju putih padaku, mungkin dialah malaikat yang senantiasa membantuku yang dikirim Tuhan padaku.
My memo 2012
(Terimakasih ya Allah... Kau izinkan aku melihat Wael malam tahun baru ini meski hanya melalui webcam. Setidaknya kerinduan ini berkurang setelah melihatnya. Terimakasih juga untuk malaikat berwujud manusiayang Engkau kirimkan untukku ya Allah... Fendy begitu baik padaku. Inilah catatan kecilku di tahun baru.)
            Aku berbincang sampai dengan pukul 24.00 dengan Wael. Rasanya senang sekali saat itu. Menghabiskan malam tahun baru dengannya. Sungguh tidak aku duga sebelumnya.  Sebenarnya Fendy lah pemilik andil besar disini. Aku benar- benar berterimakasih padanya.
            Esok harinya, fendy pergi bersama teman- temannya melihat keramaian tahun baru. Aku hanya di rumah dengan laptop Fendy yang dari tadi malam belum sempat aku kembalikan. Kata Fendy, biarkan aku bawa terlebih dahulu, ya sudah aku tak mengembalikannya.
            Tepat pukul 14.00, Fendy mengambil laptopnya di rumahku. Ia baru pulang dari Simpang Lima Gumul Kediri katanya. Dan dibawalah laptopnya pulang.
“Terimakasih ya kak? Karena kamu aku bisa berbincang dan melihat Wael.”kataku.
“Iya dik, sama- sama. Kalau butuh apa- apa bilang saja nggak usah sungkan- sungkan.”jawabnya dengan kerelaan.
“Iya kak, aku sudah dibelikan laptop juga kak.” Kataku.
“Oiya dik, mana coba aku lihat.” Sahut Fendy.
“ada di dalam kak, mau masuk dulu?,” ajakanku masuk rumah karena tak mungkin kami bermain laptop di depan gerbang.
“Tapi aku capek dik, kalau besuk saja gimana? Nggak papa kan? Oiya jangan lupa syukurannya aku tunggu,” kata Fendy bercanda.
“ya sudah kak, basuk saja. Iya kak, gampang kalau itu.” Kataku menyanggupi permintaannya.
            Fendy pun pulang ke rumahnya. Aku dipanggil tetangga depan rumahku. Namanya Mbak Erna, dia punya satu anak cewek yang masih balita. Aku pun menghampiri ke rumahnya.
“Ada apa mbak?’’ sapaku bertanya.
“kamu pacaran sama Fendy ya? Cieee....”tanya mbak erna menuduhku.
“Pacaran apa mbak? Enggaklah. Hanya teman mbak, dan aku nggak mungki suka sama kak Fendy.” Jawabku mengela karena aku memang nggak pacaran dengan Fendy.
“Tapi kog bisa deket gitu? Kemarin juga jalan bareng, terus main ke rumah, dan pinjem- pinjeman laptop barusan.” Sahut mbak Erna.
“Hahahaha.... biasa aja mbak, aku juga nggak suka sama kak Fendy, dia bukan tipe cowokku mbak.” Jawabku mengela.
“Haaahh..... ntar awas lo kalau suka beneran. Apalagi kamu bilang kayak gitu barusan,”kata mbak Erna menakut- nakuti. Aku hanya terdiam dengan ucapannya karena aku nggak ngerti apa maksudnya.
“Sudahlah mbak, aku pulang dulu. Aku belum mandi mbak. Besuk kita sambung lagi.” Kataku pamit pulang.
“Oke Husna!,” jawab mbak Erna.
            Sambil mandi aku jadi kepikiran omonganku tadi. Aku juga kepikiran kata- kata mbak Erna. Aku ngomong kog asal- asalan tadi. Nanti kalau tiba- tiba bener kejadian aku suka ke Fendy gimana ya? Aduuuhh.... mikir apa sih aku nih. Semoga saja nggak terjadi dech. Lagian aku kan masih setia sama Wael.
            Hari itu, tanggal 04 Januari 2012 tepat hari ulangtahunku. Fendy orang pertama yang mengucapkan selamat ulangtahun padaku. Wael malah lupa kalau saat itu aku ultah. Sabarlah... mungkin dia banyak fikiran sehingga ia lupa hari ultahku. Siang itu aku iseng- iseng membuka fb ku. Banyak teman- temanku yang Looh... aku terkejut benar dengan catatan penting pada kronologi dindingnya. Wael menambahkan satu peristiwa penting. Wael berpacaran dengan Echa. Apa maksudnya dengan ini? Lantas penantianku selama ini dianggap apa?
            Langsung aku telfon Wael saat itu juga. Tanganku gemetar saking sakitnya gejolak di hatiku. Akan tetapi Wael tiada menjawab panggilanku. Apa ini kado ultah yang sengaja ia kemas menarik untukku?
            Aku coba tenangkan diriku di kamar. Fendy sms namun aku tiada membalas. Aku hanya menangis terisak mengetahui kabar yang baru aku lihat. Apa ini jawaban penantianku? Sia- siakah kisah yang aku ukir dengan kepercayaan? Huhuhuu.... L
            Aku terus coba menghubungi Wael. Akhirmya dia sms aku. Dia seolah tiada tau apa yang terjadi. Seolah menurutnya tetap baik- baik saja.
Aku     :”Jahat kamu kak”.
Wael    :”Apa dik?”
Aku     :”Apa maksudmu kamu berpacaran?”
Wael    :”Iya itu pacarku dik.”
Aku     :”Kamu tau aku di sini menunggumu sampai kamu pulang. Aku menolak
Setiap ada yang mendekatiku demi kamu. Tapi ini balasanmu padaku? Ini jawaban penantianku untukmu?”
Wael    :”Aku nggak ngerti maksudmu dik.”
Aku     :”Jadi selama ini kamu anggap aku apa? Jadi janjimu untuk bersamaku kemarin apa? Aku yang seharusnya nggak ngerti dengan kamu kak.”
Wael    :”Dik... kamu ini adik temanku sendiri, yang tak mungkin aku bersamamu. Kamu sudah seperti adikku sendiri. Kamu pun terlalu baik jika harus bersamaku.”
Aku     :”Kenapa ucapan itu tak pernah keluar dari dulu? Kenapa baru sekarang?”
Wael    :”Karena aku tiada tega melukai hatimu dik. Maafkan aku. Memang aku yang salah selama ini. Maafkan aku”.
Aku     :”Iya... terimakasih untuk kado terindahku tahun ini. Aku tak akan melupakannya. Semoga kamu bahagia bersamanya.”

Aku hanya menangis mendengar ucapannya. Sebegitu mudahnya ia menganggap aku seperti ini. Aku seperti boneka yang ia mainkan. Peranku menyakitkan sekali. Dalam tangisku, aku berdoa semoga pilihannya tidak salah. Aku tak tau pada siapa aku harus mengadu tentang ini.
Bukan Dia tapi Aku
Berulang kali kau menyakiti...
Berulang kali kau hianati..
Sakit ini.. coba pahami..
Ku punya hati bukan tuk disakiti.

Ku akui sungguh beratnya
meninggalkanmu yang dulu pernah ada
Namun harus aku lakukan
Karena ku tau ini yang terbaik

Ku harus pergi meninggalkan kamu
Yang telah hancurkan aku..
Sakitnya... Sakitnya... oh sakitnya

Cintaku lebih besar dari cintanya
Mestinya kau sadar itu..
Bukan dia.. tapi aku...
Betapa beratnya ini..
Hingga ku harus mengalah..
Cintaku lebih besar dari benciku
Cukup aku yang rasakan..
Jangan dia.. jangan dia.. Cukup aku...(Judika, Bukan dia tapi aku)
            Lagu itulah yang sama persis seperti kisahku kali ini. Betapa indah kado ulangtahunku kali ini. Diluar jangkauan pemikiranku dan dugaanku sebelumnya. Ketika aku bangun dari tidurku, ku rasakan sesak di hatiku. Hanya tangis yang menghias hari- hariku kini. Wael pun telah benar- benar pergi. Dia perempuan pilihannya, dan aku harus merelakan.
            Sementara di sisi lain, Fendy senantiasa menghiburku. Menjadi tempat curahan hatiku, tumpahan emosi dan amarahku. Dia cukup sabar dan selalu menuturiku untuk bangkit dan memandang semua baik- baik saja. Terimakasih Tuhan, karena selalu Kau berikan orang- orang baik untukku.
            Hari itu aku kenalkan Fendy dan Lady temanku. Mereka sama- sama single, dan ku lihat mereka sama- sama kalem dan baik, agaknya mereka cocok sebagai pasangan. Aku senang bisa menjadi jembatan bagi sebuah hubungan, meski yang aku tau aku sendiri belum bisa menjembatani hubunganku dengan baik. Aku ingin melihat Fendy senang, bukannya aku yang selalu merepotkannya.
            Malam itu, aku dapat hadiah kesukaanku dari Fendy. Entahlah, tiba- tiba saja dia di depan rumahku dan memberiku dua potong coklat. Heeemmmm..... senangnya aku.
Fendy  : “Ada dimana dik?” (pesannya di sms)
Aku     :”Di rumah kak.”
Fendy  :”Cepat keluar, aku di depan rumahmu, ada sesuatu buat kamu”.
Aku langsung menghapus air mataku, dan bergegas keluar.
Aku     :”Apa kak?”.
Fendy  :”Kamu nangis dik?”
Aku     :”Enggak kog, tadi klilipan”.
Fendy  :”Sudah nggak usah bohong, kelihatan matamu sembab. Sudahlah dik, jangan terus- terusan diratapi seperti itu. Kamu nih kasian matamu tuh..udah sipit, tambah ilang tu mata. Heheh....”, hibur Fendy.
Aku     :”Iya- iya kak, ini tadi Cuma keinget bentar kog.” Jawabku ngeles.
Fendy  :”Ni buat kamu, tapi janji jangan sedih- sedih lagi.”
Disodorkannya dua buah coklat untukku. Waaahhh... mataku berbinar melihat coklat itu. Senang sekali karena begitu pedulinya ia padaku.

Sajak “Aku Rapopo”

Terimakasih sudah menyakitiku
Apapun yang tidak mampu menumbangkan
Justeru akan membuatku berdiri
Semakin tegak

Terimakasih sudah melupakanku
Apapun yang tidak mampu menghapus
Justeru akan membuatku semakin diingat

Terimakasi sudah meninggalkanku
Apapun yang tidak mampu membuatku sendirian
Justeru akan membuatku semakin ramai

Terimakasih sudah merendahkanku
Apapun yang tidak mampu membenamkan
Justeru akan membuatkku semakin berharga

Wis Tak Kandani
Aku Rapopo.

Sajak Tere Liye yang ku tulis untuk Wael yang telah benar- benar meninggalkanku. Mencoba mencermati dan memaknai sajak itu, untuk kembali bangun dari luka kemarin.


Ketika Cintanya Menyentuh Hatiku
            Sore itu, Fendy mengajakku jalan- jalan untuk sekedar makan bersama. Itulah dia, selalu saja mengajakku keluar di saat aku sedih dan memikirkan Wael. Sampai bingung aku harus bagaimana membalas kebaikannya. Lady pun tak cocok dengan Fendy. Aduuh... ya sudahlah mungkin Fendy cocok denganku. Hehehee..
            Hari itu, Fendy pamit untuk berangkat kuliah ke Malang. Untuk beberapa minggu ke depan, aku sendiri tanpa dia. Yaaahh... rasanya bakalan sepi banget tanpa dia. Saat ia pamit padaku, entahlah ada apa dengan hatiku. Aku merasa sedih sekali ketika ia harus jauh dari aku. Bahkan saat itu aku menangis. Ada apa dengan aku?? Apa aku sudah jatuh cinta lagi?? Atau hanya perasaan takut sendiri tanpa dia? Entahlah... aku juga tak mengerti.
            Meskipun ia berada di Malang, namun kami masih smsan tiap hari. Bercerita, menggombal, dan bercanda gurau. Meski aku masih selalu ingat Wael, tapi Fendy selalu mensupport aku untuk tetap kuat.
17 Februari 2012
Fendy pulang dari Malang tiap mingunya. Dan hari itu dia pulang. Meski hanya tiga hari di rumah, katanya menyenangkan. Dia lebih sering menghabiskan waktu di rumahku. Sekedar ngobrol, mengotak- atik laptopku, bercanda, dan kegiatan- kegiatan lainnya. Asyik bersama Fendy, sedikit banyak mengurangi lukaku yang menganga bekas luka bulan lalu. Nyaman sekali punya teman berbagi seperti Fendy. Jauh lebih dewasa, bijak, pengertian, dan halus untuk ukuran seorang cowok. Aku sering dianggap pacaran dengan Fendy karena saking dekatnya aku dan dia.
            Tak terasa tiga hari berlalu begitu saja. Tiba saatnya dia pulang ke Malang menuntut ilmu di salah satu Universitas ternama disana. Rasanya tak ingin berpisah jauh dari dia. Hmmm... Ada apa denganku? Apa ini cinta? Aaahh... berfikir apa aku ini.Aku elakkan pemikiran tentang cinta antara aku dan Fendy. Aku dekat dengannya seperti kakakku sendiri. Masak iya aku jatuh cinta setelah kemarin saja aku baru patah hati. Apa mungkin rasaku pada Wael hilang bak rembulan yang tertutup awan malam? Ataukah memang telah ku temukan sepotong hati yang baru? Yaa... hati Fendy Pratama, tetangga dekatku.
            Seiring berjalannya waktu, ku rasa kedekatanku dan Fendy bukanlah kedekatan bersama kakak, teman, atau apapun itu. Sungguh, ku rasa memang benar ini cinta. Tapi biarlah bunga cintaku mekar seiring berjalannya waktu bersama siraman kasih sayang Fendy yang terus ia cucurkan di hari- hariku. Tiada lagi hari sepi, tiada lagi gundah gulana, dan tiada lagi galau tingkat dewa. Kehadiranmu yang tiada ku tau awalnya, kini merubah hidupku.
            26 Februari 2012
Hari itu, Fendy mengakui apa yang ia simpan semenjak awal bertemu denganku. Gejolak hati yang menuntunnya untuk berkenalan denganku. Dorongan perasaan aneh dalam dirinya yang membuatnya gigih untuk terus mendekatiku. Hingga sampai hari ini ia keluarkan isi hatinya padaku. Ia jatuh cinta pandangan pertama padaku. Sungguh aku tiada menyadari, sebegitu pandai ia menyimpan rasa hatinya, sebegitu kuat ia menyembuyikan cintanya. Bahkan ia sabar menungguku hingga aku kuat atas luka masalaluku.
            Aku pun meneteskan air mata keduaku karnanya. Kini, aku dan Fendy resmi berpacaran.

AKU CINTA KAMU FENDY ku
Tunggu kelanjutan ceritanya yaaa... jangan kemana- mana..