CINTA...
Entah apa arti dari
kata indah itu. Seolah keindahan ada di dalamnya. Namun, aku tak pernah menemui
keindahan dalam cintaku. Untuk awal yang tak indah, ku buka lembar baru lagi
namun tetap berakhir dengan kepedihan. Rasanya lelah aku mencoba bila hanya
berujung ketidakpastian. Yeah... aku tak akan menaruh sepenuhnya hatiku pada kisahku
selanjutnya.
Semenjak aku mengenal
cinta, aku mengerti arti dusta.
Setelah aku mengenal
cinta, aku tahu rasanya luka.
Karena cinta, aku
mengerti apa itu sakit.
Kisah ini sengaja aku
tulis untuk mengenang masalaluku yang indah. Ku anggap ini sebagai pembelajaran
untukku. Proses yang harus aku lalui sebelum ku dapatkan yang terbaik. Proses
pendewasaan yang melmukulku namun menetapkanku harus kuat bangkit lagi, lagi,
dan lagi. Yang ku yakini, Tuhan tahu yang terbaik, dan pasti telah
memperhitungkan kebaikan di setiap cerita Semoga bermanfaat, selamat membaca...
Siang itu, aku bertemu dengan tetangga baru di samping
rumahku. Keluarga bapak Hari. Mereka baru saja menempati rumah baru yang dibangun
di depan rumahku. Keluarga itu memiliki satu putra yang masih kelas tiga
sekolah dasar. Namanya Aji. Anaknya gemuk, seperti ayah dan ibunya. Mereka
keluarga yang ramah, baik, dan tergolong keluarga yang mampu dibidang ekonomi
karena bapak Hari bekerja di pelayaran. Ibu Hari pasti akan sering ditinggal
oleh bapak Hari ketika dinas bekerja. Keluarga kami bertanya- tanya dan
mengobrol banyak hal sebagai penghangat antar tetangga.
Keesokan harinya, aku melihat ada seorang cowok di rumah
bapak Hari. Tapi itu bukan Aji. Dia seumuran dengan kakakku. Dia melihatku
terus- terusan. Aku pun hanya diam karena aku nggak kenal sama dia. Aku pun
masuk rumah karena takut kalau jangan- jangan dia orang jahat. Hehehe...
Saat itu, aku nonton tv karena tak ada pekerjaan yang
bisa ku lakukan. Hpku bergetar karena ada satu sms masuk. Terlihat ada nomor
baru. Siapa ya??
“Hay?”. Isi pesan
singkatnya.
“Siapa ya?”. Balasku.
“Aku kakaknya Aji.”
Katanya.
“Aji kan anak tunggal,
mana ada kakaknya?”, jawabku.
“Iya, aku kakak
ponakannya dik.”
“oo... ada perlu apa
ya?”, jawabku padanya.
“ Aku mau kenal kamu
dik, bolehkan?”, katanya kakak itu.
“Iya..”. jawabku
singkat.
Berikut isi
percakapanku dengannya :
Fendy : “Namamu siapa dik?”
Aku : “Husna”
Fendy : “Sekolah kelas berapa?”
Aku : “ Dua SMA”
Fendy : “ Dimana dik?”
Aku : “SMAN 1 Srengat”
Fendy : “ temannya Yulia dunk?”
Aku : “iya,,”
Fendy : “kamu nggak mau tau namaku ta?”
Aku : “kamu siapa?”
Fendy : “ Aku Fendy dik. Salam kenal ya?”
Aku : “iya.. dapat nomer Hpku dari siapa?”
Fendy : “ dari Yulia dik”
Aku : “oo..”
Fendy : “ kok cuwek ya kamu dik?”
Aku : “biasa aja”
Fendy : “Aku ganggu kamu ya?”
Aku : “enggak kog.. kamu sekolah dimana?”
Fendy : “ aku kuliah di Universitas Negeri Malang
dik”.
Aku : “waw.. jurusan apa?”
Fendy : “ Teknik sipil dik. Nanti kuliah di UM juga
ya?”
Aku : “ iya, doakan saja...sudah dulu ya aku
mau istirahat”
Aku mengakhiri percakapanku dengannya. Fendy itu hitam,
kurus, aku takutnya dia suka sama aku. Bukannya kepedean, tapi cara melihatnya
padaku tadi membuatku merasa ada udang di balik batu.
Setiap hari Fendy selalu mengirim pesan singkat padaku.
Entah itu hanya basa- basi, ataupun cara dia menarik perhatianku. Lucu sih
anaknya, tapi menurutku dia terlalu dewasa untuk ku pacari. Apalagi dia berada
di bawah Wael, cowok yang aku taksir saat ini. Aku menunggu Wael yang masih kuliah
di Medan saja, meskipun aku masih digantung dengan hubungan yang tak jelas ini.
Suatu hari, Wael menghapus hubungan kami di fb. Ada apa
ya? Ko tiba- tiba dia menghapus HTSnya denganku di fb. Aku menanyakan padanya
tentang hal itu. Dengan mudahnya dia bilang bahwa hubungan itu tak perlu
dipamerkan kan, hanya cukup aku dan dia saja yang tau dan tak perlu orang lain
tau. Aku pun diam dengan jawabannya. Ku kira memang benar apa yang ia katakan.
Fendy mulai jarang sms aku sekarang. Mungkin karena aku
terlalu cuwek padanya, jadi ia mungkin saja kecewa. Hari itu, ibuku mengajakku
kerumah bapak Hari. Aku kaget sekali.
“Mau ngapain kesana
bu?”, tanyaku heran.
“katanya kamu minta
laptop, ayo kerumah pak Hari dan tanya laptop ke Fendy”, jawab ibuku.
“Malu aku bu...”,
kataku pada ibu.
“Malu kenapa sih? Wong
ya biar kenal dan tahu milih laptop”, bujuk ibuku dengan sedikit memaksa.
“Tapi kak Fendy
kaaaan.....”, jawabku terhenti karena aku benar- benar malu.
“Tapi apa?? Atau nggak
usah beli laptop?”, tanya ibuku.
“Kemarin kak Fendy sms
aku bu, aku cuwekin dia, masak sekarang diajak nyamperin kerumahnya. Aku yang
malu bu..”, rengekanku seperti anak kecil.
“sudah nggak papa nanti
biar kenalan langsung saja disana. Ayoo jadi beli laptop nggak?”, paksa ibuku.
“Ya sudah, ayoo...”,
jawabku pasrah dan menyerah tanpa syarat untuk ikut ibuku.
Di jalan tak mampu aku bayangkan apa yang akan aku
ucapkan ketika bertemu Fendy. Haduh... betapa aku malu karenanya. Coba kemarin
aku baik- baikin ketika smsan, mungkin nggak kayak gini. Waktuku pun habis
untuk berfikir. Nggak ada lima menit aku sudah berada di depan rumahnya, karena
memang rumahnya dekat dengan rumahku. Terlihat halaman yang bersih nan luas,tidak
ada rumput sama sekali. Aku dan ibu berdiri di depan pintu yang mewah dan masih
tercium bau cat pintu itu, maklumlah pintu baru. Ibuku mengetuk pintu itu.
“Tok, tok, took...”
Ada langkah kaki
terdengar dari dalam menuju pintu depan. “kreeeeeeeekk...” terbukalah pintu
itu. Dan tak ku bayangkan bahwa yang membuka pintu itu adalah sosok yang
membuatku seperti puteri malu yang mengetupkan daunnya karena benar- benar
malu. Yeaah... Fendy sendiri yang membukanya.
“Silahkan masuk bu”,
katanya dengan halus dan sopan menyusuh kami masuk.
“Silahkan duduk,
sebentar biar saya panggilkan bibi.” Katanya kembali membuatku malu dan sedikit
menyesal mengabaikan dia.
“Nggak usah nak Fen,
ibu ingin berbicara denganmu.” Sahut ibuku.
“Ada apa ya bu?” tanya
Fendy.
Tiba- tiba ada ibu Hari
yang keluar dari dalam kamar.
“Lhooo.... ada bu Umi
dan Husna rupanya”, kata ibu Hari.
“Iya bu, maaf malam-
malam mengganggu ya??” kata ibuku.
“Nggak kog bu, belum
malam juga. Nggak ganggu kog, malah senang saya kalau ibu sama Husna mau
kesini.” Jawabnya ramah sekali.
Aku dan Fendy hanya
terdiam karena malu. Entahlah Fendy juga diam saja tak seagresif di smsnya.
“begini bu, saya kesini sama Husna ingin bertanya tentang
laptop pada Fendy. Si Husna ini minta laptop, capek katanya mau ke warnet.
Memang anak cewek manja ya bu..?” kata ibuku menjelaskan.
“ooohh begitu... iya
bu, tanya- tanya ke Fendy saja, sebentar saya ambilkan minum”, kata ibu Hari.
“Loh nggak usah repot-
repot bu...”kata ibuku.
Tapi ibu Hari sudah
berjalan ke dapur. Fendy pun memberi tahu tentang laptop kepada kami. Ku akui
dia cukup tahu. Dia menerangkan, dan Ibu Hari menyuguhkan minuman untuk kami.
Selesai itu, kami ngobrol disana sampai pukul sembilan malam. Aku hanya diam
seperti kambing congek mendengarkan mereka. Ibuku yang bawel,bertemu ibu Hari
yang juga sama- sama bawel jadi panas dengan kebawelan mereka. Aku cukup
ngantuk saat itu, tak terhitung berapa kali aku menguap. Haaaahhh.....
Akhirnya, obrolan kami
dihentikan karena malam semakin larut. Aku pun pulang dengan ibuku.
Sampai di rumah, aku langsung menebahkan badanku di
kasurku. Rasa lelah dan capek mendengarkan kebawelan bu Hari dan ibuku
membuatku mengantuk. Akhirnya selang lima menit pun aku sudah berada dalam alam
bawah sadarku.
Telah lama aku bertahan
Demi cinta wujudkan sebuah harapan
Namun ku rasa cukup ku menunggu...
Semua rasa telah hilang..... (Raisa, Apalah Arti
Menunggu)
Terdengar nada dering
panggilan di hpku. Satu panggilan tak terjawab dan tertulis nama Fendy di sana.
Pagi- pagi dia udah cumi aja. Ooooh... ternyata tadi malam dia sms aku.
Hehehe... aku udah tidur pulas setelah dari rumahnya. Langsung saja aku
membalas smsnya.
“ Maaf kak, tadi malam
aku langsung tidur setelah dari rumahmu.
Ada apa ya?”, tanyaku sedikit berbaik hati dan nggak akan cuwekin dia
lagi.
“Ooh.... maaf dik, tadi
malam ganggu tidurmu berarti aku?”, jawabnya merasa bersalah.
“ Nggak papa kak, aku
nggak keganggu kog, aku juga udah tidur, dan aku nggak denger ada smsmu”,
jawabku menegaskan.
“ Heeemm... Iya dik.
Aku boleh bilang sesuatu?”, tanya Fendy.
“ Apa kak?”, jawabku
penasaran.
“ Heeemmm... aku tadi
malem nggak sadar kalo itu kamu dik yang dateng kerumahku. Pas Bibiku sebut bu
Umi sama Husna aku kaget. Beneran dik, kamu beda dari yang aku liat dari jauh
kemarin.” Kata Fendy menjawab tanyaku.
“ Masak kak? Beda
gimana emang kak?”, tanyaku penasaran.
“ Kamu cantik dik”,
jawab Fendy.
Aku tertawa membaca
pesannya.
“ Cantik darimana kak?
kemarin sama tadi malam aku sama aja kak”, jawabku.
“ Cantik dik, pangkling
aku”, rayu si Fendy.
“ Ada- ada saja kamu
kak, bikin Geer aja.” Jawabku.
“ Nggak papa dik,
cantik beneran kog”, katanya seolah memperjelas.
“ Ada- ada saja kamu
kak, makasih kak... J”, jawabku malu.
Kami pun lama berbincang- bincang disms. Entah itu
bercanda, serius, atau membahas masalah laptop. Sebenarnya aku malu saat kami
bercanda mengenai kedatanganku kerumahnya dengan ibuku.
“Aku nggak nyangka bisa
didatengin cewek cantik kerumah dik”, katanya menggombal.
“Apa sih kak? Kamu nih
bercanda terus”, jawabku.
“Aku serius dik”,
katanya.
“Ahhh.. kamu kak. Aku
malu banget tadi malam kak. Udah kemarin pas sms aku cuwekin, eeehh.... malah
aku samperin kerumahmu. Aku bener- bener malu sama kamu. Maaf ya kak udah cuwekin
kamu pas kemarin- kemarin”, jawabku menjelaskan.
“Iya dik, nggak papa
kog. Biasa aja. Aku malah suka cewek kayak kamu. Nggak mudah percaya sama orang
yang baru dikenal”, katanya menyetujui kataku.
“iya kak, makasih udah
ngerti”, jawabku.
“Iya dik...”, kata
Fendy.
Lama kami berbincang disms. Kami semakin akrab. Aku pun
tak berani cuwek- cuwek lagi dengannya.
Satu hari itu, tepat hari Minggu. Aku Libur sekolah.
Tiba- tiba Fendy mengajakku keluar tanpa rencana sebelumnya. Ingin menolak
rasanya nggak enak hati, dia kan baik, nemenin aku smsan tiap malam, selalu
perhatiin aku, membantuku ketika aku butuh laptop, dan sudah akrab saling
mengenal. Ya sudah, ku setujui ajakannya siang itu.
Pukul 08.30 kami berangkat. Aku menunggunya di depan
rumah setelah dia sms berangkat. Aku yang izin sendiri pada ibuku. Karena kami
tetangga, dan ibuku tahu bahwa Fendy baik, aku diizinkannya keluar dengan
Fendy.
Fendy sudah ada di depan rumah. Canggung banget aku dibonceng cowok yang baru
aku kenal. Kami berdua hanya diam saja disepanjang jalan. Aku memang nggak bisa
langsung akrab ketika bertemu, dan aku juga nggak mungkin terlebih dahulu
memecah keheningan.
“Mau kemana dik?”,
akhirnya dia berbicara.
“Looohh kak...? Kamu
yang ngajak kog malah tanya aku?”, kataku balik bertanya padanya.
“Kamu pengennya kemana
dik?”, jawabnya.
“Terserah kak, pokoknya
jangan ke pantai”, kataku memberi syarat.
“Memangnya kenapa
dik?”, tanyanya heran padaku.
“Panas kak.. Aku nggak
suka panas- panasan. Hehehe”, jawabku dengan manja.
“Waaahh... emang cewek
dik. Kamu ini. Iya deh, nggak ke pantai kog. Kita ke candi Penataran saja ya?”,
tawarannya padaku.
“Iya dah kak,
bolehlah....”, jawabku dengan senang hati.
Sampai di candi Penataran, kami berbincang- bincang.
Memfoto bagian- bagian dari candi dan melihat kolam yang konon apabila melempar
koin dan meminta permohonan, maka permintaan itu akan terwujud. Aku pun baru
tahu tentang mitos tersebut. Fendy benar- benar melempar koin ke kolam itu.
Entahlah, apa yang ia pinta saat itu. Aku tak berani menanyakan, aku pun masih
malu padanya.
Tanpa aku sadari, dia berjalan perlahan di belakangku.
Diam- diam dia memfoto aku dari belakang.
“Apa kak? Kamu kog foto
aku nggak bilang- bilang sih?’, kataku.
“hehehee... yadah, ayo
dik aku foto kamu”, katanya.
“Malu aku kak”, jawabku
jual mahal sedikit jaim.
“Udahlah dik, ayo nggak
usah malu- malu”, katanya memaksa.
Ya sudah, aku berfoto
banyak sekali saat itu. Keluarlah sifat asliku yang narsis sekali ketika
dihadapan kamera. Fendy tiada lelah memfotoku, dia malah terlihat semangat
sekali. Dasar orang aneh dia.
Tak lupa saat itu kami
berpose berdua. Menggunakan timer otomatis di hpnya, jadi kami berfoto bersama.
Hasilnya lumayan bagus, tapi tetap foto terbanyak adalah fotoku.
Tiba- tiba ada tiga cewek seumuranku yang datang
menghampiri. Ia memanggil Fendy.
“Kak Fen”, kata salah
satu cewek itu.
“Hai dik,” jawab Fendy
membalas sapaannya.
Mereka bersalaman dan
Fendy memperkenalkan ketiga temannya itu. Namaya Irnada, Ila, dan Lisa. Irnada
adalah tetangga Fendy di tempat neneknya. Sedang Lisa dan Ila adalah teman
sekolah Irnada. Rumah Irnada bersebelahan dengan rumah nenek Fendy di desa
Purwokerto. Fendy bilang kalau Irnada sudah seperti adiknya sendiri. Tapi
menurutku tidak, menurutku ada rasa yang terpendam diantara Fendy dan Irnada.
Dari tatapan mata mereka saat berbicara, terlihat bawasanya ada rasa diantara
mereka. Mereka tak seperti adik kakak, tak seperti teman kalau menurut
penilaian kacamata sok tauku. Kami jadi berlima berjalan bersama dan ngobrol
banyak hal. Aku hanya melihat Fendy dan Irnada yang seolah mereka
menyembunyikan sesuatu. Aku sok tau sekali,padahal baru ketemu. Itulah aku
dengan kebiasaan buruk yang senang menduga- duga.
Tak lama kemudia Irnada dan temannya berpamitan untuk
pulang terlebih dahulu.Katanya mereka ada tugas sekolah yang harus
diselesaikan. Yaah... akhirnya aku kembali berdua dengan Fendy. Aku Pancing-
pancing dia dan aku introgasi dia tentang Irnada.
“Hayooo... tadi
pacarnyaya?”, ejekanku pada si Fendy.
“uuuhhh.... senengnya
yang baru ketemu si pacar.. hehehe,” sahutku dengan usil.
“Apa dik? Pacar
darimana? Dia itu sudah seperti adikku sendiri dik,” kata Fendy mengelak.
“Masak sih kak? Dari tatapan matanya, Irnada menyembunyikan
rasa yang dalam untukmu lo kak. Aku sebagai seorang cewek bisa merasakan, masak
kamu nggak bisa? Kamu nggak peka kak”,kataku menjelaskan hasil tafsiranku tadi.
“Sok tau kamu dik, dia
itu adikku, lagian dia sudah punya pacar dik- dik”, jawabnya padaku.
“Alaaah kak, kamu itu
yang sok tau kak. Nggak mungkin punya cowok kog tadi ngajak temennya, bukannya
ngajak pacarnya? Hayoo....”, jawabku memojokkan Fendy.
“Tau deh dik, kamu ini
ada- ada saja”, jawabnya singkat.
“Coba bilang aja kak,
dari pada kamu keduluan orang lain.” Kataku membujuk Fendy.
“Nggaklah dik, sudah-
sudah kamu ini ada- ada saja.” Katanya menghentikan pembicaraan.
Saat itu tepat pukul setengah satu siang. Tak terasa
cukup lama kami di candi itu. Terlihat ada gumpalan awan hitam yang berselimut
di atas langit tanda hujan akan segera turun. Kami pun bergegas untuk pulang
sebelum sang langit benar- benar menangis. Kami juga telah keluar sejak pagi,
rasanya sudah lelah badan ini ingin istirahat. Akhirnya pun kami pulang.
Sampai di tengah perjalanan, hujan lebat mengguyur kami.
Terpaksa kami berhenti untuk berteduh meskipun waktu sudah menunjukkan pukul
14.00. Untungnya aku memakai jaket saat itu, jadi air hujan tak begitu dingin
menusuk kulitku. Sembari menunggu redanya hujan, ada saja bahan bicaraan Fendy.
Mungkin itu bedanya seorang mahasiswa dan anak SMA. Dia pandai mengatur
pembicaraan dan menghidupkan suasana.
“Dik, ngomong- ngomong
pacarmu siapa?”, tanya Fendy.
“Nggak ada kak, kalau
teman dekat ada satu”, jawabku jujur padanya.
“Temenmu sekolah dik?”,
sambung Fendy.
“Emmmm,,,,,, bukan kak,
dia teman kakakku dan sekarang kuliah di Medan”, terangku.
“Loooh... kenapa nggak
pacaran?”, tanya Fendy semakin kepo.
“Nggak papa kak, dia
belum nembak sih”, jawabku.
“kasian kamu dik, di
php sama dia”, ejek si Fendy.
“Nggak papa kak, aku
percaya kalau rasa ini bener kog,” jawabku.
Kami berbincang tentang orang yang sedang dekat dengan
kami. Fendy pun sempat menunjukkan foto perempuan yang dekat dengannya. Cantik
sekali fotonya, tapi Fendy tak mau berpacaran dengannya. Entahlah ia tak mau
memberi alasan tentang hal itu.
Hujan pun reda, dan kami siap menyusuri jalan untuk
kembali pulang ke rumah. Takut kalau orang rumah khawatir dan cemas mencari
kami. Fendy berhenti di warung makan dan mengajakku makan terlebih dahulu.
Karena aku kelaparan, aku buang saja gengsi dan jaimku saat itu. Cepat- cepat
kami selesaikan makan dan kami segera pulang.
Selang lima belas menit, kami telah sampai di rumah.
Fendy berhenti di depan gerbang rumahku. Ia tak mau mampir karena takut bibinya
mencari, akhirnya dia langsung pulang ke rumahnya.
Ibu dan ayahku diam
saja melihat aku pulang dengan Fendy, karena aku sudah izin dan Fendy juga
tetangga dekatku. Biasanya aku tak pernah diizinkan pergi dengan cowok, tapi
kali ini aku pulang sore pun tak dimarahi. Ini pertama kalinya kedua orang
tuaku memberi izin dan agaknya perlu masuk catatan MURI my diary. Hehehe...
Hari demi hari aku lalui bersama Fendy. Wael kini mulai
berubah sikap denganku. Entahlah... padahal aku merindukannya. Dia bilang dia
akan kembali untukku, dia janji akan setia padaku meski aku bukan kekasihnya,
tapi mengapa hari demi hari justru ia mulai menghilang? Apakah omongannya itu
hanyalah suntikan penenang buatku? Entahlah... ternyata memang aku butuh
kepastian untuk sebuah hubungan, dan LDR yang kulalui tanpa status ini tak
semudah yang aku bayangkan. Hanya aku yang berupaya maksimal bertahan, tapi ia
nan jauh disana tiada ku ketahui apa saja yang ia lakukan.
Sujudku tiap malam, tangis rinduku padanya, ku curahkan
pada Ilahi Rabbi. Aku selalu memohon kebaikan dalam hidupku, baik untuk
keluargaku, sekolahku, hubungan sosial, dan untuk asmaraku. Malam itu, aku
peluk erat Al- qur’anku karena aku begitu merindukannya. Hingga aku terlelap di
atas sajadahku dengan memeluk Al-Qur’an. Enam bulan hubungan tanpa status ini
aku pertahankan. Ku rasakan nyaman berada di dekatnya, ku rasakan damai
bersamanya, tapi entahlah apa rasa ini sama dengannya. Aku pun berharap rasa
ini tiada hilang tertelan waktu dan jurang pemisah. Dalam benakku penuh tanya,
tapi aku selalu berfikir positif tentangnya. Ketika terlelap, aku melihat sosok
Fendy dalam mimpiku. Iya tersenyum padaku saat itu, aku pun terbangun dengan
halus seketika. Sejenak aku berfikir, apa makna mimpi singkatku itu. Wallahu
a’lam aku serahkan semua padaMu Robb. Aku ikuti alur dan jalan yang telah
terangkai. Meski kadang aku lelah untuk menanti, tapi aku percaya Tuhan juga
pasti memperhitungkan lelahku.
Sore itu, Fendy izin untuk main kerumahku. Tentu saja aku
terima dengan tangan terbuka ia datang ke rumah. Tepat pukul 14.00 ia mengetuk
pintu rumahku. Aku sendiri yang membukanya karena kebetulan ibuku sedang
mengajar les anak- anak di ruang samping. Ayahku pun pergi ke sawah untuk
mencari rumput. Suasana di rumahku selalu ramai dengan hiruk pikuk anak- anak
yang belajar les pada ibuku. Yeeaahh... itulah pekerjaan ibuku dari pukul 13.00
sampai pukul 17.00. dilanjut lagi pukul 18.00 sampai pukul 20.30. Beliau tiada
lelah mencoba mengamalkan ilmunya pada anak- anak. Beliau tiada lelah
mencurahkan tenaga dan fikirannya untuk beramal. Beliaulah sosok guru terbaik
dalam hidupku. Aku begitu mengaguminya, begitu mencintainya. Beliau adalah
orang yang selalu menuntunku untuk kesabaran, keistiqomahan, keikhlasan, dan
banyak lagi pelajaran yang beliau ajarkan.
Dari dalam rumah, aku bermain laptop dengan Fendy.
Sembari aku mengerjakan tugas di laptop bermerk Toshiba itu. Fendy membantuku
mengetik, mengedit, dan mencarikan pemilihan kata yang tepat untuk tugasku.
Hingga pukul setengah empat, tugasku baru saja selesai. Fendy pun langsung
pulang. Saat itu, aku ingin melihat film di laptopnya, dan dia pun meninggalkan
laptopnya agar aku bisa menonton film itu. Film horor adalah film favoritku.
Apalagi ia punya film Lawang Sewu yang belum pernah aku tonton. Jadi untuk hari
itu, laptop Fendy aku bawa. Malam harinya, aku menonton film dengan Toshiba
milik Fendy. Tak ditemani Fendy, namun ditemani laptop dan sms dari dia.
01-01-2012
Yeaaah... Selamat tahun
baru 2012. Aku mendapat kado spesial tahun itu. Tanpa aku ketahui ibuku
memberikanku laptop Toshiba hitam untukku. Senangnya aku dengan hadiah ini.
Langsung saja aku kabari Fendy dan Wael. Wael mengajakku bermain chat karena ia
ingin melihatku malam itu. Aku tak punya modem untuk akses internet. Aku pun
coba menanyakan pada si Fendy barang kali dia punya. Alhamdulillah Fendy punya
modem prolink dengan kartu M2 yang bisa aku pinjam. Karena hari itu sudah sore,
dan Fendysibuk, ia tak mungkin mensetting modemnya di laptopku. Ia menyuruhku
untuk langsung saja membawa laptopnya untuk ku pakai. Sebenarnya sedikit nggak
enak, karena aku selalu merepotkan dia.
Mungkin ini arti
mimpiku saat ia tersenyum dengan baju putih padaku, mungkin dialah malaikat
yang senantiasa membantuku yang dikirim Tuhan padaku.
My
memo 2012
(Terimakasih ya
Allah... Kau izinkan aku melihat Wael malam tahun baru ini meski hanya melalui
webcam. Setidaknya kerinduan ini berkurang setelah melihatnya. Terimakasih juga
untuk malaikat berwujud manusiayang Engkau kirimkan untukku ya Allah... Fendy
begitu baik padaku. Inilah catatan kecilku di tahun baru.)
Aku berbincang sampai dengan pukul 24.00 dengan Wael.
Rasanya senang sekali saat itu. Menghabiskan malam tahun baru dengannya.
Sungguh tidak aku duga sebelumnya. Sebenarnya Fendy lah pemilik andil besar
disini. Aku benar- benar berterimakasih padanya.
Esok harinya, fendy pergi bersama teman- temannya melihat
keramaian tahun baru. Aku hanya di rumah dengan laptop Fendy yang dari tadi
malam belum sempat aku kembalikan. Kata Fendy, biarkan aku bawa terlebih
dahulu, ya sudah aku tak mengembalikannya.
Tepat pukul 14.00, Fendy mengambil laptopnya di rumahku.
Ia baru pulang dari Simpang Lima Gumul Kediri katanya. Dan dibawalah laptopnya
pulang.
“Terimakasih ya kak?
Karena kamu aku bisa berbincang dan melihat Wael.”kataku.
“Iya dik, sama- sama.
Kalau butuh apa- apa bilang saja nggak usah sungkan- sungkan.”jawabnya dengan
kerelaan.
“Iya kak, aku sudah
dibelikan laptop juga kak.” Kataku.
“Oiya dik, mana coba
aku lihat.” Sahut Fendy.
“ada di dalam kak, mau
masuk dulu?,” ajakanku masuk rumah karena tak mungkin kami bermain laptop di
depan gerbang.
“Tapi aku capek dik,
kalau besuk saja gimana? Nggak papa kan? Oiya jangan lupa syukurannya aku
tunggu,” kata Fendy bercanda.
“ya sudah kak, basuk
saja. Iya kak, gampang kalau itu.” Kataku menyanggupi permintaannya.
Fendy pun pulang ke rumahnya. Aku dipanggil tetangga
depan rumahku. Namanya Mbak Erna, dia punya satu anak cewek yang masih balita.
Aku pun menghampiri ke rumahnya.
“Ada apa mbak?’’ sapaku
bertanya.
“kamu pacaran sama
Fendy ya? Cieee....”tanya mbak erna menuduhku.
“Pacaran apa mbak?
Enggaklah. Hanya teman mbak, dan aku nggak mungki suka sama kak Fendy.” Jawabku
mengela karena aku memang nggak pacaran dengan Fendy.
“Tapi kog bisa deket
gitu? Kemarin juga jalan bareng, terus main ke rumah, dan pinjem- pinjeman
laptop barusan.” Sahut mbak Erna.
“Hahahaha.... biasa aja
mbak, aku juga nggak suka sama kak Fendy, dia bukan tipe cowokku mbak.” Jawabku
mengela.
“Haaahh..... ntar awas
lo kalau suka beneran. Apalagi kamu bilang kayak gitu barusan,”kata mbak Erna
menakut- nakuti. Aku hanya terdiam dengan ucapannya karena aku nggak ngerti apa
maksudnya.
“Sudahlah mbak, aku
pulang dulu. Aku belum mandi mbak. Besuk kita sambung lagi.” Kataku pamit
pulang.
“Oke Husna!,” jawab
mbak Erna.
Sambil mandi aku jadi kepikiran omonganku tadi. Aku juga
kepikiran kata- kata mbak Erna. Aku ngomong kog asal- asalan tadi. Nanti kalau
tiba- tiba bener kejadian aku suka ke Fendy gimana ya? Aduuuhh.... mikir apa
sih aku nih. Semoga saja nggak terjadi dech. Lagian aku kan masih setia sama
Wael.
Hari itu, tanggal 04 Januari 2012 tepat hari
ulangtahunku. Fendy orang pertama yang mengucapkan selamat ulangtahun padaku.
Wael malah lupa kalau saat itu aku ultah. Sabarlah... mungkin dia banyak
fikiran sehingga ia lupa hari ultahku. Siang itu aku iseng- iseng membuka fb
ku. Banyak teman- temanku yang Looh... aku terkejut benar dengan catatan
penting pada kronologi dindingnya. Wael menambahkan satu peristiwa penting.
Wael berpacaran dengan Echa. Apa maksudnya dengan ini? Lantas penantianku selama
ini dianggap apa?
Langsung aku telfon Wael saat itu juga. Tanganku gemetar
saking sakitnya gejolak di hatiku. Akan tetapi Wael tiada menjawab panggilanku.
Apa ini kado ultah yang sengaja ia kemas menarik untukku?
Aku coba tenangkan diriku di kamar. Fendy sms namun aku
tiada membalas. Aku hanya menangis terisak mengetahui kabar yang baru aku
lihat. Apa ini jawaban penantianku? Sia- siakah kisah yang aku ukir dengan
kepercayaan? Huhuhuu.... L
Aku terus coba menghubungi Wael. Akhirmya dia sms aku.
Dia seolah tiada tau apa yang terjadi. Seolah menurutnya tetap baik- baik saja.
Aku :”Jahat kamu kak”.
Wael :”Apa dik?”
Aku :”Apa maksudmu kamu berpacaran?”
Wael :”Iya itu pacarku dik.”
Aku :”Kamu tau aku di sini menunggumu sampai
kamu pulang. Aku menolak
Setiap
ada yang mendekatiku demi kamu. Tapi ini balasanmu padaku? Ini jawaban
penantianku untukmu?”
Wael :”Aku nggak ngerti maksudmu dik.”
Aku :”Jadi selama ini kamu anggap aku apa? Jadi
janjimu untuk bersamaku kemarin apa? Aku yang seharusnya nggak ngerti dengan
kamu kak.”
Wael :”Dik... kamu ini adik temanku sendiri, yang
tak mungkin aku bersamamu. Kamu sudah seperti adikku sendiri. Kamu pun terlalu
baik jika harus bersamaku.”
Aku :”Kenapa ucapan itu tak pernah keluar dari
dulu? Kenapa baru sekarang?”
Wael :”Karena aku tiada tega melukai hatimu dik.
Maafkan aku. Memang aku yang salah selama ini. Maafkan aku”.
Aku :”Iya... terimakasih untuk kado terindahku
tahun ini. Aku tak akan melupakannya. Semoga kamu bahagia bersamanya.”
Aku hanya menangis
mendengar ucapannya. Sebegitu mudahnya ia menganggap aku seperti ini. Aku
seperti boneka yang ia mainkan. Peranku menyakitkan sekali. Dalam tangisku, aku
berdoa semoga pilihannya tidak salah. Aku tak tau pada siapa aku harus mengadu
tentang ini.
Bukan
Dia tapi Aku
Berulang kali kau
menyakiti...
Berulang kali kau
hianati..
Sakit ini.. coba
pahami..
Ku punya hati bukan tuk
disakiti.
Ku akui sungguh
beratnya
meninggalkanmu yang
dulu pernah ada
Namun harus aku lakukan
Karena ku tau ini yang
terbaik
Ku harus pergi
meninggalkan kamu
Yang telah hancurkan aku..
Sakitnya... Sakitnya...
oh sakitnya
Cintaku lebih besar
dari cintanya
Mestinya kau sadar
itu..
Bukan dia.. tapi aku...
Betapa beratnya ini..
Hingga ku harus
mengalah..
Cintaku lebih besar
dari benciku
Cukup aku yang
rasakan..
Jangan dia.. jangan
dia.. Cukup aku...(Judika, Bukan dia tapi aku)
Lagu itulah yang sama persis seperti kisahku kali ini. Betapa
indah kado ulangtahunku kali ini. Diluar jangkauan pemikiranku dan dugaanku
sebelumnya. Ketika aku bangun dari tidurku, ku rasakan sesak di hatiku. Hanya
tangis yang menghias hari- hariku kini. Wael pun telah benar- benar pergi. Dia
perempuan pilihannya, dan aku harus merelakan.
Sementara di sisi lain, Fendy senantiasa menghiburku.
Menjadi tempat curahan hatiku, tumpahan emosi dan amarahku. Dia cukup sabar dan
selalu menuturiku untuk bangkit dan memandang semua baik- baik saja.
Terimakasih Tuhan, karena selalu Kau berikan orang- orang baik untukku.
Hari itu aku kenalkan Fendy dan Lady temanku. Mereka
sama- sama single, dan ku lihat mereka sama- sama kalem
dan baik, agaknya mereka cocok sebagai pasangan. Aku senang bisa menjadi
jembatan bagi sebuah hubungan, meski yang aku tau aku sendiri belum bisa
menjembatani hubunganku dengan baik. Aku ingin melihat Fendy senang, bukannya
aku yang selalu merepotkannya.
Malam itu, aku dapat hadiah kesukaanku dari Fendy.
Entahlah, tiba- tiba saja dia di depan rumahku dan memberiku dua potong coklat.
Heeemmmm..... senangnya aku.
Fendy : “Ada dimana dik?” (pesannya di sms)
Aku :”Di rumah kak.”
Fendy :”Cepat keluar, aku di depan rumahmu, ada
sesuatu buat kamu”.
Aku langsung menghapus
air mataku, dan bergegas keluar.
Aku :”Apa kak?”.
Fendy :”Kamu nangis dik?”
Aku :”Enggak kog, tadi klilipan”.
Fendy :”Sudah nggak usah bohong, kelihatan matamu
sembab. Sudahlah dik, jangan terus- terusan diratapi seperti itu. Kamu nih
kasian matamu tuh..udah sipit, tambah ilang tu mata. Heheh....”, hibur Fendy.
Aku :”Iya- iya kak, ini tadi Cuma keinget
bentar kog.” Jawabku ngeles.
Fendy :”Ni buat kamu, tapi janji jangan sedih- sedih
lagi.”
Disodorkannya dua buah
coklat untukku. Waaahhh... mataku berbinar melihat coklat itu. Senang sekali
karena begitu pedulinya ia padaku.
Sajak “Aku Rapopo”
Terimakasih sudah
menyakitiku
Apapun yang tidak mampu
menumbangkan
Justeru akan membuatku
berdiri
Semakin tegak
Terimakasih sudah
melupakanku
Apapun yang tidak mampu
menghapus
Justeru akan membuatku
semakin diingat
Terimakasi sudah
meninggalkanku
Apapun yang tidak mampu
membuatku sendirian
Justeru akan membuatku
semakin ramai
Terimakasih sudah merendahkanku
Apapun yang tidak mampu
membenamkan
Justeru akan membuatkku
semakin berharga
Wis Tak Kandani
Aku Rapopo.
Sajak Tere Liye yang ku
tulis untuk Wael yang telah benar- benar meninggalkanku. Mencoba mencermati dan
memaknai sajak itu, untuk kembali bangun dari luka kemarin.
Ketika
Cintanya Menyentuh Hatiku
Sore
itu, Fendy mengajakku jalan- jalan untuk sekedar makan bersama. Itulah dia,
selalu saja mengajakku keluar di saat aku sedih dan memikirkan Wael. Sampai
bingung aku harus bagaimana membalas kebaikannya. Lady pun tak cocok dengan
Fendy. Aduuh... ya sudahlah mungkin Fendy cocok denganku. Hehehee..
Hari
itu, Fendy pamit untuk berangkat kuliah ke Malang. Untuk beberapa minggu ke
depan, aku sendiri tanpa dia. Yaaahh... rasanya bakalan sepi banget tanpa dia.
Saat ia pamit padaku, entahlah ada apa dengan hatiku. Aku merasa sedih sekali
ketika ia harus jauh dari aku. Bahkan saat itu aku menangis. Ada apa dengan
aku?? Apa aku sudah jatuh cinta lagi?? Atau hanya perasaan takut sendiri tanpa
dia? Entahlah... aku juga tak mengerti.
Meskipun
ia berada di Malang, namun kami masih smsan tiap hari. Bercerita, menggombal,
dan bercanda gurau. Meski aku masih selalu ingat Wael, tapi Fendy selalu
mensupport aku untuk tetap kuat.
17 Februari 2012
Fendy pulang dari Malang tiap mingunya. Dan hari itu
dia pulang. Meski hanya tiga hari di rumah, katanya menyenangkan. Dia lebih
sering menghabiskan waktu di rumahku. Sekedar ngobrol, mengotak- atik laptopku,
bercanda, dan kegiatan- kegiatan lainnya. Asyik bersama Fendy, sedikit banyak
mengurangi lukaku yang menganga bekas luka bulan lalu. Nyaman sekali punya
teman berbagi seperti Fendy. Jauh lebih dewasa, bijak, pengertian, dan halus
untuk ukuran seorang cowok. Aku sering dianggap pacaran dengan Fendy karena saking
dekatnya aku dan dia.
Tak
terasa tiga hari berlalu begitu saja. Tiba saatnya dia pulang ke Malang
menuntut ilmu di salah satu Universitas ternama disana. Rasanya tak ingin
berpisah jauh dari dia. Hmmm... Ada apa denganku? Apa ini cinta? Aaahh...
berfikir apa aku ini.Aku elakkan pemikiran tentang cinta antara aku dan Fendy.
Aku dekat dengannya seperti kakakku sendiri. Masak iya aku jatuh cinta setelah
kemarin saja aku baru patah hati. Apa mungkin rasaku pada Wael hilang bak
rembulan yang tertutup awan malam? Ataukah memang telah ku temukan sepotong
hati yang baru? Yaa... hati Fendy Pratama, tetangga dekatku.
Seiring
berjalannya waktu, ku rasa kedekatanku dan Fendy bukanlah kedekatan bersama
kakak, teman, atau apapun itu. Sungguh, ku rasa memang benar ini cinta. Tapi
biarlah bunga cintaku mekar seiring berjalannya waktu bersama siraman kasih
sayang Fendy yang terus ia cucurkan di hari- hariku. Tiada lagi hari sepi,
tiada lagi gundah gulana, dan tiada lagi galau tingkat dewa. Kehadiranmu yang
tiada ku tau awalnya, kini merubah hidupku.
26
Februari 2012
Hari itu, Fendy mengakui apa yang ia simpan semenjak
awal bertemu denganku. Gejolak hati yang menuntunnya untuk berkenalan denganku.
Dorongan perasaan aneh dalam dirinya yang membuatnya gigih untuk terus mendekatiku.
Hingga sampai hari ini ia keluarkan isi hatinya padaku. Ia jatuh cinta
pandangan pertama padaku. Sungguh aku tiada menyadari, sebegitu pandai ia
menyimpan rasa hatinya, sebegitu kuat ia menyembuyikan cintanya. Bahkan ia
sabar menungguku hingga aku kuat atas luka masalaluku.
Aku
pun meneteskan air mata keduaku karnanya. Kini, aku dan Fendy resmi berpacaran.
AKU
CINTA KAMU FENDY ku
Tunggu
kelanjutan ceritanya yaaa... jangan kemana- mana..